TINTANUSANTARA.CO.ID, MERANGIN – Ditengah Himbauan Gubernur Jambi Al Haris yang di ikuti oleh Pemerintah Kabupaten merangin bahwa Masyarakat dan ASN seprovinsi utamakan memakan Beras Lokal, namun himbauan itu tak sejalan dengan kebijakan yang diambil pemerintah seprti hal nya keluhan Para petani padi sawah di Desa Tanjung Ilir kecamatan Tabir kabupaten merangin terancam gagal panen akibat tanaman padi di lahan persawahan tadah hujan dilanda kekeringan akibat aktifitas Penambang Emas Tanpa Izin (PETI) berjenis Dompeng beroperasi dengan bebas di area persahabatan petani.
“Sungguh miris dusun ku kni nco, sekarang percetakan sawah baru yg masih produktif lh jdi sasaran peti,oleh oknum yg tidak bertanggung jawab.bahkan sawah sawah yg berada di sekitar nya kedepan akan terancam gagal tanam sebab jalan air akan tertutup oleh limbah peti.” ungak AH, tokoh masyarakat tanjung Ilir yang meminta nama nya tidak ditulis dengan lengkap.
Dikatakan AH, Kini kondisi tanah di puluhan hektar sawah itu mulai menunjukan keretakan. Bahkan beberapa daun padi mulai menguning, padahal usia tanam padi terhitung baru satu bulan walau saat ini musim penghujan namun namun sawah petani di tanjung Ilir kekeringan.
“Saat ini sekitar puluhan hektar lahan sawah tadah hujan di duain kami terancam gagal panen karena tidak tumbuh sesuai harapan. Sebagian besar Petani sudah pasrah dan berharap ada upaya dari pemerintah untuk mengatasi dampak dari aktifitas Dompeng PETI, Sementara kepala desa tidak ada reaksi sama sekali terhadap aktifitas Dongfeng tersebut,” imbuhya.
Dijelaskannya, sewaktu musim tanam dulu sebelum ada nya aktifitas dompeng atau PETI ketersediaan air cukup melimpah sehingga mencukupi seluruh lahan percetakan persawahan yang merupakan batuan pemerintah pusat.
”Begitu selesai tanam satu bulan, aktifitas dompeng mulai, Jalur air tertupa akibat air persawahan mulai berkurang hingga akhirnya kalau ini tidak ada tindakan serius dari pemerintah kabupaten maupun desa sawah kami bisa kering kerontang,” jelasnya.
Saat ini, lanjutnya, pupuk yang telah dipersiapkan petani pun tidak dapat digunakan karena sebagian tanaman telah menguning akibat kurang asupan air.
“Selama ini petani hanya mengandalkan curah hujan, memang ada saluran irigasi sungai tapi debit airnya sangat kecil dan tertutup oleh material limbah dompeng sehingga tidak mencukupi,” jelasnya.
Parahnya lagi kegiatan aktifitas domoeng tersebut terletak di tengah-tengah area persawahan dengan adanya aktifitas domoeng yang membuat lobang dan limbah materia sangat berdampak terhadapa persedian air sawah.
“Lokasi Dompeng ko terletak di tengah-tengah. Belah mudik dengan belah ilir Ado sawah warga yg sangat produktif,” tuntas nya. (uji)