DUNIA OTOMOTIF mulai bergerak cepat menuju kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Hal ini menyusul keinginan regulator banyak negara untuk menurunkan emisi karbon dengan cara menghapus kendaraan berbahan bakar bensin. Namun, bos pabrikan mobil terbesar dunia tidak sepakat dengan hal tersebut.
“Model bisnis otomotif saat ini akan runtuh jika industri beralih ke EV terlalu tergesa-gesa,” kata Presiden Toyota Motor Corporation Akio Toyoda pada konferensi pers Kamis lalu (17/12), dikutip dari Observer.
Cucu pendiri Toyota itu mengatakan Jepang akan kehabisan listrik pada musim panas apabila semua mobil memakai tenaga listrik. Infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung armada kendaraan lsitrik akan menelan biaya 14 triliun hingga 37 triliun yen. Angka ini sekitar Rp 1.919 triliun hingga Rp 5.974 triliun dengan asumsi kurs Rp 137,14 per yen.
Pengurangan emisi karbon menjadi tidak akan efektif karena sebagian besar listrik di negara itu memakai bahan bakar batu bara dan gas alam. “Semakin banyak EV yang kita buat, semakin buruk emisi karbondioksida,” kata Toyoda.
“Ketika politisi di luar sana berkata, mari singkirkan mobil yang menggunakan mesin, apakah mereka memahami masalah ini?” Kritik Toyoda ini muncul beberapa minggu setelah pemerintah Jepang meluncurkan rencana pelarangan penjualan mobil berbahan bakar bensin mulai 2035.
Langkah tersebut pun sejalan dengan target menjadi negara bebas karbon pada 2050. Perusahaan saat ini adalah pemimpin dalam pasar mobil hibrida, berbahan bakar mesin dan baterai. Namun, Toyota belum memliki kendaraan listrik sepenuhnya untuk pasar massal.